
Sejak jauh hari "Islam" sudah menegaskan akan "larangan meminum minuman beralkohol" baik dalam jumlah "minimal/ maksimal" sekalipun. Mengapa?… Karena lebih banyak "mudarat" dibandingkan "maslahat" nya. Jika suatu hal lebih banyak menimbulkan dampak "negatif" : "positif" ada baiknya kita lebih mengutamakan dampak maslahatnya. Karena dalam islam yang diutamakan "efek/ dampak" dari hal yang sedang dan akan ditimbulkan pada akhirnya nanti.
Banyak kisah sudah yang pernah terjadi di era "Rasulullah Muhammad SAW", dengan banyaknya orang yang bukan pengikut Rasulullah meminum "khamar/ minuman keras" dan "menyembah patung berhala". Mengapa demikian sampai terjadi? Karena mereka tidak memahami akan "ajaran islam" yang "seutuh" nya.
Bahkan dampak setelah "meminum khamar" banyak dampak yang ditimbulkan salah satunya "merusak tubuh", seperti kinerja ginjal yang tidak berfungsi normal seperti sedia kala. Minum alkohol juga dapat mempengaruhi tekanan darah menjadi tidak normal.
Era kini di Indonesia sedang hangat dibicarakan tentang ruu "minuman beralkohol" yang usulan ini datang dari "beberapa partai". Karena ini berawal dari banyaknya dampak mudarat yang diakibatkan. Padahal kita semua menginginkan kehidupan yang penuh "ketentraman" juga "ketertiban" dalam segala hal.
Dalam islam pun sudah ditegaskan tidak bolehnya umat muslim untuk "mengkonsumsi minuman beralkohol" baik dalam jumlah "sedikit" ataupun "banyak". Terlebih lagi bagi "kaum muda" yang merupakan "harapan bangsa dan negara Indonesia".
Pemuda harus sehat secara "jiwa maupun raga", salah satunya dengan tidak meminum minuman beralkohol. Karena seperti kita pahami bersama anak muda merupakan "generasi pelanjut" yang menjadi andalan utama bagi pembangunan Indonesia bagi masa kini dan masa depan.
Pembangunan Indonesia tak hanya sebatas pembangunan secara fisik namun juga jiwa serta mental. Karena dengan semakin "modern" dan berkembangnya ilmu pengetahuan dunia akan memiliki tingkat persaingan yang semakin hari semakin tinggi dan semakin cepat.
Indonesia bisa kalah bersaing jika para harapan bangsa dan negara Indonesia yakni generasi pelanjut/ anak muda tidak memnyiapkan dirinya untuk siap "bersaing lokal" maupun "global". Maka mari kita sikapi kehidupan yang sedang dan akan kita jalani ini dengan mengikuti "jejak Rasulullah Muhammad SAW", dengan mengikuti apa yang sudah "diperintah" juga "menghindari" apa yang menjadi "larangan". Cukup mudah bukan, tentu tidak. Tapi semua bisa kita raih dengan segera memulai hal-hal kemaslahatan.